Senin, 15 Agustus 2011

Membidadarikan Diri



QS. Ad-Dukhaan : 51-54

 “ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; Mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, Demikianlah. dan Kami berikan kepada mereka bidadari”.

Iman Ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadist dari Ummu Salamah bahwa ia Rodhiyallahu’anha berkata :

Ummu salamah    : Ya Rosulullah,jelaskan padaku firman Allah tentag bidadari bermata jeli?

Rosulullah        : “Bidadari yang kulitnya bersih matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilauan bak sayap burung nasar”.

Ummu salamah    : Jelaskanlah padaku tentang Firman-Nya “laksana mutiara tersimpan baik” (QS. Al Waqiah: 23)

Rosulullah        : “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara dikedalaman lautan, tak tersentuh tangan manusia”.

Ummu Salamah     : Ya, Rasul, jelaskan padaku tentang firman Allah “Didalam surga itu ada bidadari yang baik-baik lagi cantik” QS.  Ar-Rohman : 70).

Rosulullah        : “Akhlaqnya baik dan wajahnya cantik jelita”.

Ummu Salamah     : Jelaskan padaku firman Allah “Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan baik”. (QS. Ash Shaffat :49)

Sabtu, 13 Agustus 2011

Inilah Makna Tangisan Bayi Anda

Psikolog Vera Itabiliana, mengutip karya Tracy Hogg dan Melinda Blau, Secrets of the Baby Whisperer: How to Calm, Connect, and Communicate with Your Baby, mengungkapkan kurang lebih ada 10 hal yang bisa kita identifikasikan berkenaan dengan tangisan dan bahasa tubuh bayi.

Apa saja sih maksud yang ingin diungkapkan bayi dengan tangisannya? Berikut penjelasannya.

LELAH

Tangisan: Diawali dengan rewel/marah/rengekan, jeritan pendek, tangisan keras, jeda pendek, tangisan lebih panjang dan keras, terus menangis sampai tertidur.

Bagasa tubuh: Menguap, punggung meregang ke belakang, kaki menendang, menggapai kemana-mana, mengusap wajah, menggeliat, wajah merah padam.

Kamis, 11 Agustus 2011

Membingkai Miniatur Cinta

Pagi ini tak begitu cerah, mendung mengumpal di awan. Di ruang tengah rumah keluargaku inilah prosesi ijab qobul dilaksanakan. Kulirik calon suamiku yang duduk disebelah Abah, terlihat  tegang karena Pak Penghulu sebentar lagi memulai prosesi.

"Saya terima nikahnya Fathiya binti Hananto Amijoyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!" suaranya lantang tanpa getar.

"Sah?" tanya Pak Penghulu pada para saksi.

"Sah!" serempak para saksi menjawab.

Alhamdulillah ..., tak terasa air mataku menetes. Subhanallah, hanya dalam hitungan beberapa menit saja sudah merubah statusku menjadi seorang istri.

Fahmudin adalah suamiku, lelaki yang belum lama aku kenal, saat ini sudah sah menjadi suamiku menurut Islam dan hukum negara. Lelaki yang menjadi imamku, menjadi ayah dari jundi-jundi kecilku nantinya

Selesai ijab, kuberanikan menatap suamiku. Senyum tipis mengembang. Tersipu malu karena dandanan menor yang melekat di wajahku. Dandanan yang membuatku bingung beberapa hari sebelum ijab dilaksanakan. Aku hanya menginginkan dandanan yang sederhana. Maklum putri ragil dari 6 saudara, Abah meminta harus pakai adat Jawa, kakak yang satu minta harus dandan ke salon, yang lain minta biasa aja, yang lainnya mengusulkan tanpa make up agar terjaga syar'i-nya. Akhirnya aku putuskan mengundang perias manten ke rumah untuk sekedar menata make up.

Kujabat tangan suamiku, kucium punggung tangannya seraya berdo’a “Ya Allah berilah kemudahan dalam mentaatinya karenaMu”.